Cerita Sex Mencicip Fanny Yang Basah Dan Bikin Ketagihan - Langsung saja kita simak - Fanny Damayanti, adalah
seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata
indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung
serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah
alami yang serasi pula dengan wajahnya.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin
mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda.
Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada
sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan
ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak
dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya
terletak seperangkat komputer.
Sebuah lukisan yang indah tergantung
di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh
warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi
pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat
suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga
terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis
dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan
tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu,
tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke
bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku
yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang
sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian
kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup
berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur
melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan, kamu
tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu". Kata-kataku membuat
gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku
sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. "Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. "Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. "Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. "Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan
lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis
itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah
kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi
parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung,
mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat
berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk
menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan
hatinya agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak
jelaskan Fan", kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata. Fanny
tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!",
sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya,
tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan
lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku
sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa
berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu,
jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman
dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang
tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa
terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek
saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai
mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di
atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar
lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya
dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu,
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat
senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya
Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu
apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi.
Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan
lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku
genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari
hidungku, "Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa
Fan", gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny
ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di
dadaku, "Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku,
dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak
mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali
lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya
melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya,
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian
lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku
yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu. Udara
hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku
menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut,
perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia
menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri
semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk
menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku
dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil
merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia
merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin
keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya
melambung. "Uuhh..!", hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan
kuluman-kuluman hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan
remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak
kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan
tersendiri baginya. "Dadamu sangat indah Fan", sebuah pujian yang
membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di
tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai
menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah kembali dan
pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai
basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu
membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia
semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk
mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan
lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing
baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya. "Jangan nanti dilihat
orang", pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu
persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup
bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi
dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah
saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei
putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa
menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai bergeser
pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus.
"Aaaahh", dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih
nikmat.
Cerita Sex Mencicip Fanny Yang Basah
Dan Bikin Ketagihan Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya.
"Tubuhmu wangi sekali", kembali rayuan itu membuatnya makin besar
kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny
sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat
dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut,
membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri
dadanya.
"Uhh.!", tanganku menarik bajunya ke
atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas
kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. "Auuuhh"
membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama
jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas
dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan
mencium bibirnya. "Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin terlena
dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada
dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat
muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus
mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus
mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan
halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin
penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah
saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan
puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat
hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh". Fanny mulai menunjukkan
tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak
susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus
dadaku, sementara birahinya makin memuncak. "Ngghh.. ", vaginanya yang
basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya
diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu
dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak
tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua
gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum
pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku
tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku
bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang
tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis
itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan
seperti itu Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh". Pengalaman
pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang
putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah
diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan
makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir.
Birahinya semakin memuncak. "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh",
rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu
itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu
persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang
dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum,
terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak
tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai
mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai
dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya
bertambah geli dan nikmat. "Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada
gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik
turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana
yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh", terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh", terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan Kak.. aahh", tapi aku tidak
peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri
dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih
mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga
posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan badan,
Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget,
malu, tapi ingin tahu. "Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada
perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang
telah menyelimuti perasaannya. "Ahh..", dia diam saja saat aku kembali
mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha,
dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di
balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat
hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh", Fanny tak kuberikan
kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting
susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada.
Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin
memuncak. "Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh", sambil terus memainkan buah
dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya
yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena
nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan
mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal
paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh", karena
geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal
mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya
memuncak sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis itu
kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny
menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik
celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya
yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya
makin membara. "Ahh.. teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai
puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana
dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu
terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil
di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya
yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus.
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di
tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak
sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. "Kak.. ahh, terus
Kak.. ahh.. uhh".
Vagina yang basah terasa geli dan
gatal, nikmat sampai ujung kepala. "Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi
dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang
keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai
mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan
melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta
untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat
serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis
itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup
sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang
besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia
melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia
tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan
pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina
yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang
vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di
tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada
di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut
dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil
menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai
dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan
hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. "Kak.. ahh, terus
ssts.. ahh.. uhh", birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa
kesemutan, dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi
menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia
mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya
yang terasa sangat geli dan gatal. "Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah
memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput
daranya. "Ooohh Kak masukkan ahh", gadis itu sampai merintih rintih dan
meminta-minta dengan penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku
terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi
lembut itu menyusuri bibir vagina. "Ooohh Kak masukkan aaahh", di sela
rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan
gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus
selaput daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya mencengkeram bahuku.
Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit
nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus
serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan
bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya,
ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. "Ahh", dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak
ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena
belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya
dan.. Sreeets "Ohh..", kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya
merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya.
Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh",
serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, "Aaahh", masuk
lagi. "Ahh, terus… ahh.. uhh", lubang vagina itu makin lama makin
mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya
beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala,
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan
mengejang, dan tak tertahankan lagi. "Aaahh, ooohh, aaahh" vaginanya
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme,
kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme,
aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, "Kak.. ahh.. ssst..
ahh.. uhh", Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak
kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!", kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!", kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang
terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan
memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas
dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan. "Bagaimana kalau Fanny hamil
Kak", katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar
menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa
siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang
keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman,
merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan
keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan
menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang
telah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan
badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya
handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan
sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang
berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit
pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.
Tidak ada komentar