![]() |
Jalan di tengah hutan tempat truk tronton dan bus Pahala Kencana nyasar. |
Hutan Mbogan Langganan Kendaraan Nyasar - Kejadian kendaraan nyasar di tengah hutan
Mbogan, Desa Kedungbacin, Kecamatan Todanan, Blora, ternyata acap kali
terjadi. Namun peristiwa Kamis (22/6/2012) kemarin adalah yang paling
aneh karena yang nyasar adalah dua buah truk tronton pengangkut semen
cair dan bus Pahala Kencana sarat penumpang hingga membuat masyarakat
gempar.
Kedungbacin sebenarnya hanyalah sebuah desa kecil yang berpenduduk
sekitar 3 ribu jiwa. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain cukup
berjauhan. Rumah-rumah warga pun hanya terbuat dari kayu, bukan pondasi
batu bata. Desa ini dikelilingi oleh hutan jati. Untuk menjangkaunya
butuh perjuangan ekstra bagi kendaraan karena kondisi jalan berasapal
sudah rusak parah, tinggal batu-batu besar yang menjulang di jalan.
Pun demikian dengan jalan di tengah hutan tempat truk tronton dan bus
Pahala Kencana nyasar. Jalan itu adalah jalan utama yang menghubungkan
antara Desa Kedungbacin dan Desan Kali Nanas. Jalan hanya memiliki lebar
sekitar 1,5 meter saja. Bahkan jika sebuah mobil bak terbuka ukuran
kecil melintas dan berpapasan dengan motor, salah satu harus mengalah
menepi. “Desa ini jauh dari jalan raya. Jalannya juga tak
bercabang-cabang. Tapi kenapa sering ada orang yang nyasar sampai di
alas Mbagon ini,” kata Puji Supar, warga Kedungbacin.
Menurut pria berbadan agak tambun ini, kejadian kendaraan nyasar di
tempat itu bukanlah yang kali pertama. Sebelum menimpa truk dan bus
nahas kemarin, beberapa hari sebelumnya sebuah mobil keluarga yang
hendak ke Blora Kota juga nyasar sampai di hutan Mbogan. “Pas tak tanya,
sopirnya juga malah bingung. Kok bisa sampai di sini (hutan Mbogan),”
kata pria paruh baya ini terheran-heran.
Namun kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus motor tersesat.
Bahkan jumlahnya tak terhitung. Pria yang akrab disapa Supar ini
melanjutkan, rata-rata mereka yang tersesat adalah penduduk dari luar
daerah. Orang luar daerah biasanya lewat jalan itu untuk menuju ke
desa-desa diseberang desa Kedungbacin. Mereka ada yang tersesat di
tengah hutan, tengah sawah, hingga ke pemakaman.
“Makanya, kadang banyak orang luar daerah tak berani kalau
malam-malam melintas. Mereka takut tersesat. Kalau warga sekitar sudah
terbiasa,” kata Supar lagi. Tapi pasca kejadian bus dan truk nyasar itu,
sejumlah warga mulai sedil muncul rasa takut untuk melintas saat malam
hari. Warga baru melintas jika memang sangat perlu atau melintas
mengajak teman. Sebab, peristiwa kendaraan berat nyasar sampai ke hutan
Mbangon baru kali pertama terjadi.
Saman, warga Sendangrejo menambahkan, dahulu juga pernah ada cerita
rombongan penyedia hiburan tanggapan televisi video untuk acara yang
pernah tersesat di dalam hutan. Saat itu, mereka mengaku disewa oleh
warga setempat untuk hiburan hajatan semalaman. Mereka pun melayani
sesuai pesanan. “Padahal saat itu tak satupun warga yang menggelar
hajatan. Mereka nyetel video ditengah hutan. Tapi anehnya mendapat
bayaran uang betulan (asli),” katanya.
Selain cerita-cerita tersebut, masih ada sederet cerita lain yang
temanya sama, yakni tersesat. Ada kelompok seniman yang beraksi dihutan
seolah-olah sedang menghibur warga, polisi yang nyasar sampai ke tengah
pemakaman, dan lain-lain. “Jadi model tersesat ada yang pas saat lewat
di situ tiba-tiba tembus entah kemana. Atau dari luar daerah tiba-tiba
nyasar tembus di situ,” kata Lilik Pujianto, Kepala Desa Kedungbacin.
Cerita-cerita aneh di luar nalar di kampungnya sudah ada sejak dulu.
Dari cerita para leluhur desa, daerah sekitar hutan tersebut adalah
sebuah kota gaib yang menjadi tempat tinggal banyak makhluk halus. Kota
tersebut cukup megah dan besar. Namun hanya orang-orang tertentu yang
memiliki kelebihan saja yang bisa melihatnya. Masyarakat biasa tak bisa
melihat, hanya sering mendapat gangguan saja saat melintas. “Ya antara
percaya dan tak percaya. Seperti itu kata orang-orang tua dahulu,”
katanya.
Semantara dari pihak kepolisian Polsek Todanan menganggap peristiwa
tersebut adalah murni akibat sopir yang salah jalur hingga akhirnya
tersesat didalam hutan. Hal ini disampaikan oleh Aipda Suyadi, Kanit
Reskrim yang mewakili Kapolsek Todanan, AKP Daryoto. Di duga, sopir tak
paham kondisi medan saat mengambil jalan pintas untuk menghindari
kemacetan di jalur Juwana-Rembang.
“Sopir sudah kami mintai keterangan. Yang bersangkutan dalam keadaan
sadar dan tak terpengaruh narkoba atau alkohol. Polisi menyimpulkan
peristiwa itu murni karena sopir yang salah jalan,” kata Suyadi.
Kesimpulan polisi ini karena jalan-jalan di kampung setempat jika
ditelusuri memang bisa tembus ke jalur Juwana-Rembang. Meski
disangkutpautkan dengan hal mistis, polisi tetap berpikir logis untuk
mensikapi peristiwa itu.
Menurut polisi yang akrab disapa Yadi ini, dari arah Juwana, ketiga
kendaraan tersebut seharusnya bisa ke arah Batangan (ke utara) untuk
menuju jalur Pantura. Atau pilihan lain adalah melalui Sulang di
Kabupaten Rembang yang memang berkelok-kelok. Di lokasi inilah diduga
sopir salah mengambil jalan yang menuju ke arah Kecamatan Todanan.
“Seharusnya sopir berbelok ke arah Sumber, tapi sopir malah ke arah
Todanan hingga sampai ke tengah hutan,” katanya.
Tidak ada komentar